Festival Gagasan Tanpa Gagasan, Mengatasi Masalah Tanpa Solusi!!! | Edaaan!

Festival Gagasan Tanpa Gagasan, Mengatasi Masalah Tanpa Solusi!!!

screenshot_2016-10-16-15-52-29-1
Sejak awal mendaftar, Anies mengajak agar Pilgub DKI jadi festival gagasan dan ide. Semetara Agus hanya bisa menyetujuinya. Namun belum apa-apa, kita sudah dibuat heboh dengan pemelintiran video oleh dosen memprihatinkan.
Kini SARA menjadi andalan. Dua pasang cagub yang berniat lawan Ahok tak mau tampil menyelesaikan masalah. Mereka malah mendukung agar Ahok diproses, meskipun pada akhirnya semua meraka tau Ahok tak salah, dan laporan pelecehan agama tersebut hanya akang buang-buang waktu, namun sepertinya mereka tetap ingin melanjutkan. Kalaupun Ahok tetap bisa maju sebagai Cagub, minimal citranya bisa turun dan otomatis peluang Anies dan Agus akan naik.
Andai Agus atau Anies berani menyatakan sebaiknya dihentikan agar bisa segera fokus adu gagasan, demi Jakarta yang lebih baik, sepertinya akan banyak warga yang tertarik dan bersimpati dengan keduanya. Namun ambisi kekuasaan sepertinya jauh lebih menarik bagi mereka, soal ide dan gagasan itu nomer sekian, yang penting bagaimana caranya menang.
Saat kelompok mereka masih menikmati isu SARA, membiarkan nama Ahok disudutkan, bahkan ikut berdemo dengan FPI, pasangan pertahana Ahok Djarot tetap bekerja melakukan pembenahan Jakarta.
Semakin salut dengan terobosan tanpa henti yang dilakukan oleh Ahok Djarot, tak peduli dengan isu SARA dan perdebatan tidak penting.
Kamis lalu, Ahok membuat program unik. Dia menyatakan akan mengirim bus ke Ruang Publik Terpadu Ramah Anak.
“Saya minta, setiap Sabtu atau Minggu bus datang (ke RPTRA), jemput orangtua yang enggak pernah main ke kota, ke Monas semua jalan-jalan. Bapak ibu harus bahagia,” kata Ahok di RPTRA Bhinneka, Jalan Swadarma, Jakarta Selatan, Kamis (13/10/2016).
“Kenapa saya ingin bapak ibu umurnya panjang untuk beribadah, supaya punya turunan yang teladan dan jadi contoh. Saya baca penelitian, yang suka pengajian tidak mudah pikun. Saya berharap bapak ibu perkuat ibadah supaya anak cucu dapat melihat. Buat apa jadi orang sukses pintar tapi enggak kenal Tuhan. Itu yang saya harapkan dari penduduk di Jakarta, moderen dan manusiawi dan sangat mengasihi sesama,” jelas Ahok.
Sementara Djarot, wakilnya juga mengeluarkan kebijakan tak kalah uniknya, membasmi tikus. Bayangkan, soal pembasmian tikus harus seorang Wakil Gubernur yang turun langsung.
Program pembasmian tikus ini tak main-main, Djarot sudah meminta seluruh lurah di Jakarta untuk bekerjasama. Bahkan Jarot menjanjikan insentif 20,000 per ekor bagi yang berhasil menangkapnya.
Dari soal lansia sampai tikus mereka urus. Detail sekali. Ini menunjukkan betapa keduanya sangat menguasai lapangan, tau apa yang harus dilakukan saat melihat masalah di masyarakat.
Sementara lawan-lawannya, Anies dan Agus hanya berkali-kali bilang “yang bagus akan kita lanjutkan.” Jawaban tersebut selalu mereka ulang-ulang saat ditanya mengenai rencana program kerja. Masalahnya kemudian, kalau cuma melanjutkan, Ahmad Dhani atau Lulung juga bisa. Mirip seperti SBY kan? Tinggal bilang “lanjutkan” ya selesai.
Festival gagasan yang ‘dijanjikan’ sejak awal hanya omong kosong khas politisi. Saya sebagai rakyat jelata yang selalu berharap negeri ini semakin maju, awalnya berpikir akan ada ide dan gagasan brilian. Di luar program yang sudah dikerjakan oleh Ahok.
2012 lalu, Jakarta antusias menyambut Jokowi Ahok yang penuh gagasan. Kartu-kartu saktinya, pendikan dan kesehatan, kini terbukti banyak membantu warga Jakarta. Saat blusukan, Jokowi Ahok lebih sering menyebar kartu nama dan nomer yang bisa dihubungi jika rakyat ada keluhan. Ketika menjabatpun, keduanya berkomunikasi nyaris tanpa jarak dengan masyarakat. Ada laporan masalah, langsung ditanggapi. Minimal itu dulu.
Jokowi Ahok tak pernah menyebut atau mengajak agar Pilgub DKI jadi festival gagasan, bahkan mungkin mereka tak terpikir ke sana sebab keduanya tipe pekerja keras. Tapi meski tanpa menyebutnya, Jokowi Ahok memberikan gagasan, ide dan rencana luar biasa bagi rakyay Jakarta. Bahwa kemudian waktu itu kartu-kartu tersebut ditertawakan, kenyataannya sekarang satu Indonesia mengakui betapa nyamannya menjadi warga DKI.
Sekarang apa yang dijelaskan oleh Agus dan Anies? Sandiaga beli harga daging dan sebut lebih mahal dari Singapura, padahal salah paham. Agus malah seperti akan menggandeng istrinya sebagai wakil gubernur, karena ke mana-mana bersama dalam program blusukan dan pengenalan. Minum kopi, beli daster, lalu apa? Tidak ada.
Festival gagasan, politik santun dan jakarta untuk rakyat, semua hanya slogan-slogan kampanye tanpa pondasi yang kokoh.
Tapi saya tak ingin berburuk sangka. Mungkin Anies dan Agus memang belum siap maju sebagai Cagub. Anies baru saja lengser dari Menteri Pendidikan saat maju sebagai Cagub. Sementara Agus, sehari sebelum mendaftar masih jadi anggota TNI.
Sebenarnya wajar kalau keduanya belum siap. Terlebih karena keduanya belum pernah memimpim daerah, tentu beda kelas dengan Jokowi Ahok 2012 lalu. Jadi wajar kalau keduanya masih tak bisa menjawab saat ditanya program kerja. Namun yang membuat muak adalah, mereka sudah turun ke lapangan tanpa tau apa yang akan dilakukan.
Lebih muak lagi, menjanjikan festival gagasan dan politik santun, namun saat provokasi SARA dihidangkan di tengah-tengah kita semua, mereka hanya bisa menyalahkan Ahok dan bilang “lanjutkan proses hukum.”
Omong kosong festival gagasan. Omong kosong politik santun. Semua hanya berpikir bagaimana mengalahkan Ahok, bukan memberi solusi bagi Jakarta. Bahkan sepertinya mereka akan lebih senang Ahok tak ikut Pilkada. Hahaha
Seperti kata Kurawa, saat mereka baru bilang akan melanjutkan, Ahok bisa bilang segera meresmikan ini dan itu. Jadi buat apa melanjutkan yang baik-baik dari Ahok kalau memang semuanya sudah mau diresmikan?
Terakhir, semoga ke depan Agus dan Anies bisa benar-benar memberikan ide dan gagasan untuk Jakarta. Jika tidak, saya akan lebih bersyukur kalau Cak Lontong, Jawro Kuat atau Komeng saja yang maju sebagai Cagub Cawagub. Minimal kita bisa tertawa, jauh lebih bermanfaat daripada melihat anak songong atau bapak penuh modus santun.
Begitulah kura-kura.
Share on Google Plus

About Master Edan

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment