| Edaaan!
screenshot_2016-10-15-06-19-13-1
Demonstrasi FPI kemari mirip macan ompong. Semula saya pikir akan ada bentrok keras mengingat banyak provokasi di media sosial, salah satunya kelompok berani mati. Namun kenyataannya, semua hanya omong kosong. Mereka hanya menggertak dan demo kemarin berlangsug tertib, minimal lebih tertib daripada saat mereka melempar tai-tai kuda ke balai kota.
Pasal demo tersebut, ada beberapa hal menarik yang menurut saya penting untuk ditanggapi. Yakni ancaman Rizieq ke Ahok dan Polisi.
“Kami minta polisi menangkap Ahok, kalau tidak kami bunuh.”
“Presiden membela Ahok, aparat diam, bunuh Ahok”
“Kalau masih dilindungi, bukan hanya balai kota sasaran kita, kalau perlu kita duduki Gedung DPR/MPR,” ujar Rizieq.
Acaman-ancaman Rizieq merupakan pelanggaran yang sangat serius. Kita saja sebagai orang biasa, kalau mendapat ancaman pembunuhan bisa lapor polisi untuk meminta perlindungan dan memperkarakan si pengancam. Apalagi seorang Gubernur, pejabat publik, diancam mau dibunuh, apa iya bisa kita biarkan?
Lebih buruk lagi ancaman ini tidak ditujukan secara personal. Ancaman Rizieq bermuatan intervensi hukum. Mengancam Polisi dan aparat penegak hukum. Bisa juga masuk dalam teror kerusuhan.
Saya pribadi kurang hafal pasal dan hukum, tapi seingat saya kasus seperti Rizieq ini diatur dalam undang-undang.
Selanjutnya soal hukum bisa dipertimbangkan oleh relawan Ahok untuk melaporkan Rizieq. Minimal supaya dia tau bahwa bacotnya itu memiliki konsekuensi hukum. Kemudian ke depan tidak lagi memprovokasi orang dan mengancam seenaknya.
Mengapa saya pikir Rizieq harus diperkarakan? Sebab teror dan ancamannya sudah berlangsung sejak lama. Bukan hanya sekarang.
“Pimpinan DPRD, sudah janjikan untuk bisa gelar sidang paripurna secara terbuka se-Indonesia. Hal itu, supaya rakyat tahu, mana partai yang dukung koruptor. Kalau tidak mau sidang, kantor Ahok kita bakar rame-rame. Nanti kita minta pak polisi untuk datang terlambat saja yah pak, pura-pura tidak tahu saja pak. Kalau sudah terbakar, baru datang pak polisinya,” kata Rizieq April 2016 lalu.
Kalau hal seperti ini terus menerus dibiarkan, maka akan jadi contoh buruk bagi publik. Tidak baik. Kalau kata Yusuf Mansur, jangan ditiru nak, jangan ditiru. Hehe
Tapi saat mendengar tanggapan Kapolda Metro Jaya, Irjen Iriawan, bahwa ancaman Rizieq hanya gertakan saja dan Polisi tidak akan mengambil tindakan hukum, saya jadi berpikir lain.
Sepertinya Polisi sudah bisa membedakan mana yang ancaman serius dan hanya gertakan. Kalau begini berarti demo-demo FPI memang hanya omong kosong. Mereka berdemo dan bergerak menebar ancaman sebelum berangkat, namun ketika sampai di lapangan, ya sudah demo seperti biasa. Sekedar teriak-teriak sampai haus supaya diberi air. Hahaha
Saya rasa pelajaran ini penting bagi kita semua. Sebab kemarin ada banyak teman yang takut akan terjadi kerusuhan besar. Terutama mereka etnis minoritas. Di grup-grup WA, ada banyak himbauan agar tidak keluar rumah dan seterusnya. Sebab pasukan relawan berani mati seolah-olah serius dan akan terjadi pertumpahan darah. Namun nyatanya tak ada apa-apa.
Ke depan, tak perlu ada yang dikhawatirkan. Indonesia ini punya Polri dan TNI yang siap mengamankan negara dari segala ancaman. Jangankan FPI, teroris saja mati kalau sudah berani membuat kerusuhan. Apalagi hanya Rizieq yang pasti kesulitan lari karena mengenakan daster ke mana-mana.
Polisi kita juga mulai kreatif. FPI lagi serius-serius orasi, Polisi balas dengan lagu-lagu islami. Hahaha wajar kalau kejadian kemarin sempat memanas. Tapi inipun jadi pelajaran menarik. Mungkin ke depan Polisi harus siapkan rekaman shalawat atau tilawah Quran. Jadi mereka yang berorasi itu bisa diam. Atau kalau perlu Polisi shalat jamaah saja, jika mereka itu mengaku muslim, maka seharusnya mereka tidak ribut dan berorasi.
Ada satu lagi trik yang lebih ekstrim. Mudah saja membubarkan FPI. Buat saja panggung dangdut yang rok biduannya 28 centi di atas lutut. Dijamin bubar deh tuh para pendemo, atau malah tambah rajin demo? Hahahaha. Mbuh.
Semoga ke depan kita bisa lebih bijak menyikapi FPI. Tak perlu terlalu baper menanggapi mereka. Ancaman-ancaman mereka hanya omong kosong, mungkin supaya anggaran demonya lebih besar, jadi seolah-olah akan rusuh dan sebagainya. Tapi setelah di lapangan, ya balik kandang semua. Yang fenting fulus cair.
Lagipula mereka itu sama juga dengan kebanyakan kita. Takut mati, takut dihukum. Bagaimana nasib harim-harim mereka yang semlohai itu kalau nanti mereka mati duluan? Eman kan? Apalagi kalau masih ada yang belum sempat poligami, masa hanya gara-gara video plintiran provokatif mereka serius berani mati?
Jadi ancaman bunuh Ahok dan sebagainya itu hanyalah lelucon. Tujuannya untuk menyenangkan satu pihak dan menyakiti pihak yang lain. Tapi apapun itu, semua hanya hiburan yang bermaksud memberikan cerita lucu. Kalau kemudian tidak lucu, ya itu karena cara mereka yang kurang asik atau kita yang tidak paham.
Begitulah kura-kura.

sumber : seword.com
Share on Google Plus

About Master Edan

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment